ketika anak sekolah meninggalkan otaknya..


Apa gunanya seseorang pergi ke sekolah? biar otaknya bisa dipakai berpikir jernih dan tidak membusuk tiada guna. Lantas apa yang akan terjadi ketika seorang anak pergi ke sekolah tanpa membawa otaknya ikut serta? inilah yang akan terjadi! aksi-aksi vandalis dan chaos! bukan anarkis, bukan aksi untuk menunjukkan rasa muak terhadap pemerintah, tapi aksi kekacauan semata. chaos. ya. chaos!

hari ini bus yang saya tumpangi dibajak sejumlah anak SMA. boleh saya katakan dibajak karena mereka naik bergerombol dengan paksa, membayar seadanya (tidak sesuai jumlah orang yang naik), bersikap seolah bus itu milik mereka pribadi, dan mencoreti bus dengan spidol papan tulis. tambahan lagi tiap berpapasan dengan anak sekolah lain mereka segera menyanyikan yel-yel sekolah mereka keras-keras.

kekacauan mulai terjadi ketika bus saya memasuki kawasan lebak bulus. anak-anak sekolah di bus saya saling memprovokasi dengan sejumlah anak sekolah lain yang sedang nongkrong-nongkrong tak jelas di pinggir jalan. beberapa penumpang mulai memaksa mereka turun tapi mereka menolak dan malah meneriaki supir untuk jalan terus. saat memasuki area batas wilayah jakarta dan banten, tiba-tiba saja sejumlah anak sekolah yang sepertinya sudah menanti gerombolan di bus saya berlari-lari menghadang bus. kemudian, tak jauh dari sana, sejumlah gerombolan lain segera menimpuki bus saya dengan batu yang ukurannya lumayan besar. kejadiannya berlangsung sangat cepat. yang saya ingat terdengar bunyi kaca pecah cukup keras lalu serpihan kristal pun bertebaran dari arah tempat duduk supir. saya yang duduk di posisi beberapa kursi di belakang supir dengan kondisi jendela terbuka penuh buru-buru merunduk. panik luar biasa. takut kena batu nyasar! seisi bus yang sama paniknya seperti saya langsung memaksa supir berhenti dan menurunkan gerombolan anak SMA yang menjadi sasaran batu sebenarnya. bus berhenti beberapa ratus meter kemudian. saat itulah saya menyadari bahwa kaca di depan bagian supir sudah lenyap. cuma tersisa ujung-ujung kaca yang itupun kondisinya retak parah. tendang sedikit, saya jamin langsung hancur berantakan! suasana terasa tegang dan benar-benar tidak nyaman lagi. banyak dari penumpang menyarankan supir untuk segera lapor polisi. beruntung, jalur kami melewati kantor polsek. jadilah bus berhenti dan si supir turun untuk membuat laporan. sementara penumpang, terpaksa lanjut ke tujuan akhir dengan menumpang angkutan lain.

gila. saya betul-betul emosi gara-gara itu. segelintir anak sekolah biadab yang bisanya cuma merusak nama baik sekolah. merusak sarana publik. merusak segala-gala. heran, apa mereka ngga bisa mikir akibat dari kebrutalan yang mereka buat? masih bagus ngga ada kepala yang remuk karena kena batu nyasar. masih bagus si supir selamat dan ngga kena serpihan kaca. coba kalo begitu, siapa yang mau tanggung jawab? pasti semua saling salah-salahan. orangtua salahin pihak sekolah. pihak sekolah salahin orangtua. itu bocah-bocah tetep aja berantakan juga.

tapi, yang paling kasihan ya tetep supir dan kenek bus nya. pasti dimarahin bos gara-gara kacanya pecah. belom biaya reparasi kacanya. saya denger dari seorang temen yang kebetulan duduk di belakang, malah ada kaca lain yang juga pecah. trus tadi itu pasti busnya ngga bisa muter lagi. harus pulang ke pul nya. setorannya mesti kurang. coba itu coba, siapa yang mau tanggung jawab kalau udah begitu? edaaann..

menurut saya sih, bocah berandalan kayak gitu harus ditindak tegas. rasanya negara kita perlu mengadopsi hukuman pelayanan sosial seperti yang ada di banyak negara lain. jadi, hukuman mereka bukan penjara, melainkan pelayanan sosial. misal, jadi penyapu jalanan selama setahun atau jadi pengurus panti asuhan/panti jompo selama setahun. biar ada rasa kapoknya. hukuman yang kayak gitu yang menurut saya lebih cocok buat bocah-bocah berandalan pengganggu ketertiban masyarakat! biar jera! jangan cuma dipenjara! [emosi berat karena patas tercinta dirusak bocah tak berotak]

Comments

Popular posts from this blog

Bro, Sis, Keluarga Kecilmu Bukan Trophy Kemenangan Loh...

Monsters University: Kisah Di Balik Sukses Mike dan Sulley di Monsters Inc.

Perempuan-perempuan Patriarki