Perempuan-perempuan Patriarki
Jombang, 01 Maret 2018
P E L A K O R.
Gila yah. Belakangan ini istilah
PELAKOR tuh kayak viral banget. Sebentar – sebentar pelakor, apa –apa pelakor.
Sebagai seorang perempuan, kesel ngga sih dengar istilah begitu? Kalo saya sih,
dari lubuk hati yang paling dalam, kesel banget. PELAKOR alias Perebut Laki
Orang, menurut saya adalah istilah yang sangat merendahkan kaum perempuan.
Nangis deh itu Ibu Kartini kalo dengar perempuan Indonesia gampang banget
ngatain perempuan lainnya dengan sebutan pelakor. Saya bukan membela pelakor
loh ya. Cuma, istilah pelakor itu memang keterlaluan sih. Kayak si Lelaki nya
ngga ada salah-salahnya sama sekali. Padahal yang namanya perselingkuhan kan ya
salah dua-duanya dong. Situ udah punya komitmen sama orang lain kok ya pasrah
aja “direbut”, situ sehat?
Tinggal di negara yang kental dengan
budaya Patriarki memang mesti sering elus-elus dada supaya sabar menghadapi
kaum lelaki yang sering merasa punya kuasa dan cenderung merendahkan perempuan.
Tapi, masalah terbesarnya sekarang justru para perempuan malah kebawa budaya
Patriarki juga. Saya pikir, ngga perlu jadi seorang feminis untuk dapat
merasakan, melihat jelas bahwa musuh terbesar perempuan di Indonesia (atau
malah di dunia?) adalah perempuan yang lainnya. Para sissy ini, entah kenapa, alih-alih
saling membela dan mendukung satu sama lain, mereka malah sibuk bersaing.
Syukur-syukur persaingannya sehat. Lah ini, ngga sama sekali. Coba lihat berapa
banyak persahabatan Fake alias palsu di antara para perempuan ini? Di
depannya saling puji-puji ‘cantik’ tapi di belakangnya asyik njelek-njelekin. Sist,
please sist!
Masalahnya persaingan ngga sehat
para perempuan ini, kebanyakan, tidak lain dan tidak bukan cuma demi menjadi
yang TER-blabla. Sebagai perempuan (yang hidup di dua alam: dunia laki-laki dan
dunia perempuan), saya sendiri juga heran kenapa kaum saya kok begini Ya Lord!
Ambil contoh, kalo ngomong sama perempuan, maka mengalah dan IYA-in aja adalah
pilihan yang paling tepat. Seperti yang tadi saya bilang, banyak perempuan yang
kepengin jadi TER-blabla, apapun itu pokoknya dia harus TER-blabla meskipun itu
baik atau buruk. Saya pernah ngobrol tentang betis (sesepele betis, gaes!),
kebetulan betis saya besar kayak kuli pasar. Lantas teman perempuan saya
protes, katanya betis saya ngga ada apa-apanya dibanding betis dia yang lebih
besar. Karena dia bilang begitu, maka saya nimpalin lagi, mungkin karena badan
saya memang kurus jadi ngga kelihatan terlalu besar. Dan kalian tahu apa, teman
perempuan saya protes lagi, katanya badan dia masih lebih kurus dibanding saya.
Dia bilang begitu sambil ukur pergelangan tangan kami berdua. Waktu itu saya
rasanya kepengin terjun bebas dari lantai 40-an. Maunya apa sih perempuan ini
Ya Lord! Contoh lain yang juga tak kalah ajaib, ketika saya ngobrol dengan
teman perempuan tentang video seleb
perempuan yang dijuluki “pelakor” dijambak di mall. Saya bilang, seharusnya
netizen yang budiman tidak sepenuhnya menyalahkan perempuan simpanan dalam
sebuah perselingkuhan. Teman saya kemudian menimpali, kurang lebih begini:
“Iya. Seharusnya jangan cuma salahin
selingkuhannya (saya senang nih dengar kalimat pembuka begini), soalnya
istrinya juga salah (hati saya langsung remuk di kalimat yang ini haha). Kok
bisa bikin suaminya sampai selingkuh gitu…”
Dengar kalimat begitu dari sesama perempuan
apa ngga bikin kepengin elus dada? Perempuan-perempuan kita ini sudah sebegitu
kebawanya sama budaya Patriarki hingga tak lagi berpikir bahwa dalam suatu
perselingkuhan ada dua pihak yang salah. Semua sibuk menyalahkan perempuan.
Padahal, lelaki yang setia pada komitmen (apapun itu bentuk komitmennya,
pacaran kek, tunangan kek, apalagi pernikahan) ngga mungkin lah nyeleweng. Lelaki
yang memang setia pada komitmen, mau dikasih perempuan telanjang juga, insya
allah kuat iman. Ya kalo ereksi sedikit sih manusiawi. Tapi, saya yakin itu
perempuan ngga akan diapa-apain karena ya pada dasarnya memang lelaki itu setia
pada komitmen yang dijalani.
Sebagai laki-laki, saya juga pasti
bakal kesel dengar kalimat begitu. Kayaknya lelaki tuh lemah banget
sampai-sampai istri (atau pasangan) lengah sedikit, hati langsung jatuh ke
pelukan perempuan lain. Lemah kamu mas, lemah. Ewwwh.
Sementara untuk perempuan yang
kebetulan naksir sama lelaki yang sudah punya komitmen dengan perempuan lain,
duh tolong lah ih kamu nih ngga punya hati nurani atau gimana sih? Kan kamu
juga perempuan loh, sissy cantik… Coba deh kamu tempatkan diri kamu di sisi
perempuan yang mau kamu usahain lelakinya. Ada rasa gremet-gremet nyeri gimana
gitu ngga di dalam dada? Kalo ngga ada ya berarti pesan saya cuma satu: mending
cepetan gabung ke perkumpulan threesome atau apa supaya ngga menyakiti
hati perempuan lain (tetiba sesat).
Yah. Jadi begitulah. Saya bukannya
membela pelakor, hanya saya ngerasa ngga adil aja kalo cuma perempuannya yang
dikasih julukan hina begitu sementara si lelaki kayak tetap suci tak berdosa.
Kan ena-ena nya berdua, masa yang dapat hujatan cuma satu pihak. Gitu.
Jadi, kira-kira enaknya lelaki yang
selingkuh itu dikasih julukan apa ya? LAKORTEL? Laki Orang Kegatelan? Atau kamu
punya ide lain? :p
Comments
Post a Comment