Bro, Sis, Keluarga Kecilmu Bukan Trophy Kemenangan Loh...

Ciputat, 03 Maret 2017

Belakangan ini, entah karena usia saya yang memang sudah tergolong cukup matang untuk sebuah komitmen jangka panjang berjudul pernikahan, atau memang masyarakat seusia saya sungguhan sedang giat berlomba-lomba untuk menikah dan bereproduksi. Saya bukannya iri dengki karena sampai saat ini Alhamdulillah masih belum dikaruniai kekasih, tapi saya merasa masih banyak masyarakat kita ini yang memperlakukan suami/istri dan anak kandung sebagai sebuah trophy kemenangan yang perlu didapatkan sesegera mungkin. Lihat saja pertanyaan yang dilontarkan saat bertemu orang yang sudah lama tidak ditemui, umumnya langsung tanya: ‘sudah menikah belum? Sudah punya anak berapa?’ atau ‘sudah punya pacar? Kapan nih kirim undangan?’. Apakah pernikahan telah berubah menjadi sebuah tujuan hidup paling superior di dalam masyarakat kita? Seolah kaum yang sudah menikah adalah pemenang sejati kesuksesan hidup. Bahkan mereka yang sudah dipercayakan memelihara anak dapat dikatakan lebih sukses lagi? (Padahal kadar sukses tiap orang tentu berbeda-beda, kan? Hmm….)

Hampir semua orang di dunia ini tentu saja ingin menikah. Siapa sih yang tidak ingin memiliki pasangan sehidup semati yang resmi di mata hukum dan bahkan di Mata Tuhan? Tapi mungkin, tidak buru-buru atau memang belum ketemu jodohnya. Bagi saya, tidak ada salahnya jika seseorang menikah meski usianya bahkan belum sampai kepala dua. Tak salah juga jika seseorang baru menikah saat usianya telah mencapai kepala empat. Bahkan saya juga tak menyalahkan jika seseorang melajang sampai aki-nini hingga kemudian berjodoh dengan ajalnya sendiri. Tak ada yang salah dan tak perlu dipergunjingkan. Namun, yang amat saya sayangkan adalah pergerakannya di sosial media.

Entah bagaimana, masyarakat kita saat ini menumpahkan segalanya di sosial media. Masyarakat ini seolah tak lagi peduli pada lingkaran privasi. Suka atau tidak, pola pikir masyarakat kita mudah digerakkan melalui sosial media. Mungkin masih ada golongan yang tidak mudah terpengaruh tapi, meskipun tanpa riset data yang pasti, saya hampir yakin golongan yang gampang dipengaruhi  jumlahnya lebih banyak.

Di sosial media, melihat teman-teman menikah tentu membuat kita berbahagia, melihat teman-teman menikah yang kemudian dikaruniai anak bahkan lebih membahagiakan lagi. Tetapi, jika setiap hari, bahkan setiap beberapa jam sekali kemesraannya ditumpahkan di sosial media, yang melihat tentu akan jengah juga bukan? Malahan ada pasangan suami-istri yang suka saling lempar komen di sosial media yang bikin saya pengin ikut menulis: ‘hey, kamu ngga punya nomer henfon masing masing atau apa sih?’

Untungnya (saya tipikal orang Indonesia sejati yang selalu melihat sesuatu dari segi untung), saya bukan manusia yang mudah baper dengan kehidupan pernikahan orang lain. Kadang jengah juga tapi ya sudah, mau bagaimana lagi, yang penting kita berusaha tidak seperti mereka jika kelak ada di posisi yang sama. Tapi, ayolah, berapa banyak yang berseberangan dengan saya? Ayo akui saja, ada dari kalian yang kelewat baper melihat kemesraan pernikahan orang lain, kan? Saking bapernya, setiap hari lantas baca meme tentang jodoh dan menatap iri pada teman sendiri. Apalagi dengar kabar temannya kini tengah hamil muda. Kemudian juga dengar kabar kalo si doi yang pernah mengisi hari-hari penuh cinta kasih bersama kalian, kini juga tengah merencanakan pernikahan dengan kekasih barunya. Duh, makin baper deh kalian. Seolah tak mau kalah, pokoknya harus buru-buru menikah duluan, kalo bisa besok langsung ke K.U.A. Hayoo ngaku!

Untuk itu, saya mau mencoba mengetuk pintu hati kalian yang tengah berbahagia: kamu ngga kasihan lihat temen-temenmu yang baper itu? Kamu ngga kasihan lihat mereka jadi kebelet kawin? Atau kamu ngga kasihan lihat temen-temenmu yang menikah bertahun-tahun tapi belum juga memiliki momongan? Atau kamu memang sudah tahu mereka iri dan malah sengaja manas-manasin? Semoga ngga yah hahahaha.


Berbagi kebanggaan akan pernikahan di sosial media memang tak ada yang melarang. Tapi, suami/istri dan anakmu bukan sebuah trophy kemenangan yang patut dipamerkan terus-terusan. Jangan lupakan lingkar privasi. Jangan lupakan barisan baper yang menonton pernikahan bahagiamu. Terutama untuk perempuan nih. Ingat, di dalam agama Islam itu poligami diperkenankan. Ngga mau dong kalo salah satu temenmu yang baper itu naksir suami kamu, lantas dia menyisipkan nama suamimu dalam doa di sepertiga malamnya dan poof! Kalian jadi satu keluarga….

Comments

Popular posts from this blog

Monsters University: Kisah Di Balik Sukses Mike dan Sulley di Monsters Inc.

Perempuan-perempuan Patriarki